dwi fajar susilo
Jumat, 24 April 2015
Rabu, 18 Maret 2015
Tugas soft skill semester 8 pembuatan aplikasi multimedia
untuk melihat tugas soft skill multimedia klik disini
Kamis, 08 Januari 2015
Etika Profesi ( Standar Manajemen Mutu, ISO 9000, Sistem Manajemen Produksi TQM, Standar Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Standar Manajemen Lingkungan , Dan ISO 14000 )
Tugas 3 soft skill
Nama
: Dwi Fajar Susilo
NPM : 22411236
Kelas : 4 IC04
Pengertian Standar Manajemen Mutu
Manajemen mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang menekankan kepada upayamenciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh organisasi.
Pengertian Mutu
Dugaan dan penafsiran yang sering timbul bahwa "mutu" diartikan sebagai sesuatu yang :
- Unggul dan bermutu tinggi
- Mahal harganya
- Kelas, tingkat atau bernilai tinggi
Dugaan dan penafsiran yang sering timbul bahwa "mutu" diartikan sebagai sesuatu yang :
- Unggul dan bermutu tinggi
- Mahal harganya
- Kelas, tingkat atau bernilai tinggi
Dugaan dan penafsiran tersebut di
atas kurang tepat untuk dijadikan dasar dalam menganalisa dan menilai mutu
suatu produk atau pelayanan. Tidak jauh berbeda dengan kebiasan mendefinisikan
"mutu" dengan cara membandingkan satu produk dengan produklainnya.
Misalnya jam tangan Seiko lebih baik dari jam tangan Alba.
Kedua pengertian mutu tersebut pada dasarnya mengartikan tingkat keseragaman yang dapat diramalkan dan diandalkan, disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat diterima oleh pelanggan (custumer).
Kedua pengertian mutu tersebut pada dasarnya mengartikan tingkat keseragaman yang dapat diramalkan dan diandalkan, disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat diterima oleh pelanggan (custumer).
Secara singkat mutu dapat diartikan:
kesesuaian penggunaan atau kesesuaian tujuan atau kepuasan pelanggan atau
pemenuhan terhadap persyaratan.
Mutu Harus Berfokus pada Kebutuhan Pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi)
- Pelanggan eksternak (di luar organisasi)
Mutu Harus Berfokus pada Kebutuhan Pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi)
- Pelanggan eksternak (di luar organisasi)
Pada pengertian manajemen
tradisional, yang dimaksud pelanggan adalah pelanggan eksternal (di luar
organisasi). Mengapa pelanggan internal menjadi perhatian manajemen mutu?
Jawabnya, adalah apabila pribadi yang ada di dalam organisasi tersebut dilayani
dengan baik, otomatis mereka akan melayani pelanggan eksternal secara baik
pula.
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, missal guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapinya.
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, missal guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapinya.
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN MUTU
Manajemen mutu adalah aspek dari
seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu.
Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan kesepakatan dan partisipasi seluruh
anggota organisasi, sedangkan tanggung jawab manajemen mutu ada pada pimpinan
puncak. Untuk melaksanakan manajemen mutu dengan baik dan menuju keberhasilan,
diperlukan prinsip-prinsip dasar yang kuat. Prinsip dasar manajemen mutu
terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:
1. Setiap orang memiliki pelanggan
2. Setiap orang bekerja dalam sebuah sistem
3. Semua sistem menunjukkan variasi
4. Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi
5. Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan
6. Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup
7. Manajemen berdasarkan fakta dan data
8. Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya pada hasil out put
Sasaran Mutu merupakan tujuan yang
akan dicapai dalam melakukan proses pada suatu Perusahaan / Organisasi. Seperti
diketahui bahwa Kebijakan Mutu yang telah ditentukan bisa sebagai pembuka jalan
dalam pembuatan Sasaran Mutu, itu merupakan salah satu cara termudah, walaupun
bisa saja menggunakan masukan dari tingkatan bawah (bottom-up) atau cara - cara
lainnya. Semua cara - cara tersebut setidaknya harus sesuai dengan fokus kepada
pelanggan dan dikomunikasikan ke semua tingkatan dalam Perusahaan / Organisasi.
Pembuatan Sasaran Mutu ini terbagi menjadi dua yaitu Sasaran Mutu untuk
tingkatan Perusahaan / Organisasi dan Sasaran Mutu untuk tingkatan / fungsi
terkait.
Sumber :
http://tugas-mutu.blogspot.com/2011/01/tugas-manajemen-mutu-iso-90001.html
Sumber :
http://tugas-mutu.blogspot.com/2011/01/tugas-manajemen-mutu-iso-90001.html
Pengertian ISO 9000
Pengertian ISO
9000 adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000 yang
dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang
standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh
International Organization for Standardization Technical Committee (ISO/TC)
176. ISO/TC inilah yang bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen
mutu. ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin
bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk
organisasi.Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan
tahun 2000.
adanya
satu set prosedur yang mencakup semua proses penting dalam bisnis;
adanya
pengawasan dalam proses pembuatan untuk memastikan bahwa sistem menghasilkan
produk-produk berkualitas;
tersimpannya data dan arsip penting dengan baik;
adanya
pemeriksaan barang-barang yang telah diproduksi untuk mencari unit-unit yang
rusak, dengan disertai tindakan perbaikan yang benar apabila dibutuhkan;
secara teratur meninjau keefektifan tiap-tiap proses
dan sistem kualitas itu sendiri.
Sebuah perusahaan atau organisasi yang telah diaudit
dan disertifikasi sebagai perusahaan yang memenuhi syarat-syarat dalam ISO 9001
berhak mencantumkan label "ISO 9001 Certified" atau "ISO 9001
Registered".
Sertifikasi terhadap salah satu ISO 9000 standar
tidak menjamin kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. Sertifikasi hanya
menyatakan bahwa bisnis proses yang berkualitas dan konsisten dilaksanakan di
perusahaan atau organisasi tersebut.
Walaupan standar-standar ini pada mulanya untuk
pabrik-pabrik, saat ini mereka telah diaplikasikan ke berbagai perusahaan dan
organisasi, termasuk perguruan tinggi dan universitas.
Kumpulan Standar dalam ISO 9000
ISO 9000 mencakup standar-standar di bawah ini:
ISO 9000 -
Quality Management Systems - Fundamentals and Vocabulary: mencakup dasar-dasar
sistem manajemen kualitas dan spesifikasi terminologi dari Sistem Manajemen
Mutu (SMM).
ISO 9001 -
Quality Management Systems - Requirements: ditujukan untuk digunakan di
organisasi manapun yang merancang, membangun, memproduksi, memasang dan/atau
melayani produk apapun atau memberikan bentuk jasa apapun. Standar ini
memberikan daftar persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah organisasi
apabila mereka hendak memperoleh kepuasan pelanggan sebagai hasil dari barang
dan jasa yang secara konsisten memenuhi permintaan pelanggan tersebut.
Implementasi standar ini adalah satu-satunya yang bisa diberikan sertifikasi
oleh pihak ketiga.
ISO 9004 -
Quality Management Systems - Guidelines for Performance Improvements: mencakup
perihal perbaikan sistem yang terus-menerus. Bagian ini memberikan masukan
tentang apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan sistem yang telah terbentuk
lama. Standar ini tidaklah ditujukan sebagai panduan untuk implementasi, hanya
memberikan masukan saja.
Masih banyak lagi standar yang termasuk dalam
kumpulan ISO 9000, dimana banyak juga diantaranya yang tidak menyebutkan nomor
"ISO 900x" seperti di atas. Beberapa standar dalam area ISO 10000
masih dianggap sebagai bagian dari kumpulan ISO 9000. Sebagai contoh ISO
10007:1995 yang mendiskusikan Manajemen Konfigurasi dimana di kebanyakan
organisasi adalah salah satu elemen dari suatu sistem manajemen.
ISO mencatat "Perhatian terhadap sertifikasi
sering kali menutupi fakta bahwa terdapat banyak sekali bagian dalam kumpulan
standar ISO 9000 ... Suatu organisasi akan meraup keuntungan penuh ketika standar-standar
baru diintegrasikan dengan standar-standar yang lain sehingga seluruh bagian
ISO 9000 dapat diimplementasikan".
Sebagai catatan, ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003
telah diintegrasikan menjadi ISO 9001. Kebanyakan, sebuah organisasi yang
mengumumkan bahwa dirinya "ISO 9000 Registered" biasanya merujuk pada
ISO 9001.
Pengertian Sistem Manajemen
Produksi TQM
Pengertian Total
Quality Management (TQM) adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi,
berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber
daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan
pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota, organisasi (sumber daya
manusianya) dan masyarakat.
TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan
berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik
dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu
organisasi. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan
harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk
memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada
pelanggan (output).
Konsep TQM tersebut bertolak pada pekerjaan yang
diletakkan pada profesionalisme dan spesialisasi. Oleh karena itu, segala hal
yang berhubungan dengan pengendalian mutu hanya dikuasai oleh para spesilalis
kendali mutu. Apabila pengendalian mutu dipertanyakan kepada orang-orang yang
di divisi lain suatu perusahaan atau organisasi, selain kendali mutu, orang
pasti tidak bisa menjawabnya (Ishikawa, 1992).
Total Quality Management (TQM) dapat dipilih sebagai
salah satu metode pengendalian mutu untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan
keinginan (wants) konsumen. TQM adalah suatu sistem manajemen yang berorientasi
pada pelanggan yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan secara
berkelanjutan melalui eliminasi pemborosan, meningkatkan kualitas, pengembangan
keterampilan dan mengurangi biaya produksi. Dalam praktiknya salah satu tujuan
dari TQM adalah memfokuskan terhadap pelanggan, sehingga menghitung besarnya
TQM dapat diukur menggunakan rumus perspektif pelanggan yaitu dengan Customer
Aquisition (akuisisi pelanggan) yaitu dimana pengukuran ini mengukur tingkat
suatu bisnis dalam memperoleh pelanggan atau memenangkan bisnis baru. Sehingga
nilai besarnya TQM dapat diketahui dengan rumus perspektif pelanggan tersebut.
TQM sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan. Semakin
meningkatnya TQM maka akan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan karena
TQM ini berfokus terhadap meningkatkan kualitas dan pelanggan dengan menekan
pula biaya produksi agar harga jual dapat bersaing. Apabila kualitas semakin
baik maka pelanggan akan meningkat dan hal itu akan meningkatkan penjualan,
sehingga meningkatkan laba pula yang akhirnya menggambarkan kinerja keuangan
yang baik.
Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas,
produktivitas, efisiensi dan efektivitas perlu dilakukan secara terencana dan
melibatkan partisipasi aktif dari semua unsur terkait dalam perusahaan, agar
pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. Maka seorang manajer perusahaan
harus lebih bisa meningkatkan kinerja semua unsur yang terkait dalam
perusahaan, agar semua kegiatan perusahaan yang telah direncanakan dapat
tercapai. Dimulai dari cleaning service, satpam, karyawan, sampai pimpinan
harus memiliki kinerja yang baik. Sehingga dengan begitu semua unsur yang
terkait dalam perusahaan tersebut akan menghasilkan suatu sistem kerja yang
harmonis. Maka dengan keharmonisan tersebut tujuan perusahaan untuk mendapatkan
laba akan tercapai sehingga menghasilkan kinerja keuangan yang baik.
Aspek yang paling fundamental dari manajeman ilmiah
adalah adanya pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian
tugas telah menimbulkan peningkatan besar dalam hal produktivitas, sebenarnya
konsep pembagian tugas tersebut telah menyisihkan konsep lama mengenai
keahlian/keterampilan, dimana individu yang sangat terampil melakukan semua
pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Manajeman
ilmiah Frederick W. Taylor mengatasi hal ini dengan membuat perencanaan tugas
menajeman dan tugas tenaga kerja.
Untuk mempertahankan kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan, maka dibentuklah departeman kualitas yang terpisah. Seiring dengan meningkatnya
volume dan kompleksitas manufakturing, kualitas juga menjadi hal yang makin
sulit. Volume dan kompleksitas mendorong timbulnya quality engineering. Pada
tahun 1920-an dan realibility engineering pada tahun 1950-an. quality
engineering sendiri mendorong timbulnya penggunaan metode-metode statistik
dalam pengendalian kualitas, yang akhirnya mengarah pada konsep control charts
dan statistical proses control. Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek
fundamental dari Total Quality Management (TQM).
Menurut Vincent Gasper (2006: 2) Manajemen kualitas
(Quality Management) atau Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management
= TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan kinerja secara terus-
menerus (continously performance improvement) pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan
semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai
diterapkan perusahaan-perusahaankarena dianggap mampu mendukung kinerja
manajerialnya. TQM juga dikenal dengan manajemen terpadu. Menurut Ishikawa
dalam Nasution (2005: 22)), TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi
manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah
holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas,
dan kepuasan pelanggan.
Menurut Purwanto dalam Suharyanto (2005: 7), TQM
pada dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan “a culture of countinous
improvement” diantara para karyawan dengan menerapkan berbagai teknik pemecahan
permasalahan secara kelompok dengan memusatkan perhatian pada kepuasan
customer.
Menurut Soewarso Hardjosoedarmo (2004 ; 1) : “TQM
adalah penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk :
- Memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi.
- Memperbaiki semua proses penting dalam organisasi.
- Memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa pada masa kini dan diwaktu yang akan datang.”
Sedangkan
menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2003 ; 4) TQM adalah :
“TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus menerus dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan”.
ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan
Manajemen Kualitas sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara
keseluruhan yang menentukan kebijakan kualitas, tujuan-tujuan, dan tanggung
jawab serta mengimplementasikannnya melalui alat-alat seperti perencanaan
kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan
kualitas (quality assurance), dan peningkatan kualitas (quality improvement).
Tanggung jawab manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi
haus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management), dan implementasinya
harus melibatkan semua anggota organisasi.
Sekalipun konsep TQM banyak dipengaruhi oleh
perkembangan-perkembangan di Jepang, tetapi tidak dapat dinyatakan bahwa TQM
“Made In Japan” hal ini dikarenakan banyak aspek TQM yang bersumber dari
Amerika Serikat (Scmidt dan Finnigan , 1992 dalam Bounds, et,al, 1994:61),
diantaranya sebagai berikut:
1. Manajeman ilmiah yaitu berupaya menemukan satu
cara terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan
2. Dinamika kelompok yaitu mengupayakan dan
mengorganisasikan pengalaman kelompok.
3. Pelatihan dan pengembangan yang merupakan
investasi dalam sumber daya manusia
4. Motivasi prestasi
5. Keterlibatan karyawan
6. Sistem sosioteknikal, dimana organisasi
beroperasi sebagai sistem yang terbuka.
7. Pengembangan organisasi
8. Budaya organisasi, yakni menyangkut keyakinan,
mitos dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku setiap orang dalam organisasi.
9. Teori kepemimpinan baru, yakni menginspirasikan
dan memberdayakan orang lain untuk bertindak.
10. Konsep linking-pin dalam organisasi, yakni
membentuk tim fungsional silang.
Berdasarkan data yang ada telah dibuktikan penerapan
manajemen mutu terpadu telah berhasil dengan baik di Jepang kalau dilaksanakan
secara konsekuen, sehingga membuktikan produk Jepang telah membanjiri pasar,
terutama di Amerika Serikat untuk produk mobil dan elektronik, walaupun cikal
bakal manajemen mutu berasal dari negara Paman Sam tersebut. Sukses ekonomi
luar biasa ini merupakan menyadarkan Amerika Serikat untuk menerapkan manajemen
mutu terpadu. Hal ini kemudian diikuti oleh Negara-negara di Eropa dan Timur
Tengah dalam tingkat perintisan
Setiap organisasi harus secara terus menerus
melakukan perbaikan mutu produk dan pelayanan, sehingga dapat memuaskan para
pelanggan. Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan dan para
pemegang saham. Memiliki wawasan jauh kedepan dalam mencari laba dan memberikan
kepuasan. Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil. menciptakan
kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan
mutu.
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja
manajerialnya. TQM juga dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu. Menurut Ishikawa
dan Nasution (2005: 22), TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi
manajemen, semua holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work,
produktivitas dan kepuasan pelanggan.
TQM digambarkan sebagai kerja sama dari setiap orang
dalam organisasi dan proses bisnis terkait, untuk menghasilkan produk dan
layanan yang memenuhi dan mudah-mudahan melebihi kebutuhan dan harapan
pelanggan (Dale, 1999).
TQM merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan
daya saing, efisiensi dan fleksibilitas untuk seluruh organisasi, (Oakland,
1989). TQM adalah sistem berkembang, yang terdiri dari praktek, peralatan, dan
pelatihan metode untuk mengelola organisasi dalam konteks perubahan yang cepat.
Itu sistem menyediakan kepuasan pelanggan dan meningkatkan kinerja organisasi
dengan menghilangkan cacat produk dan layanan ngebut
(Shiba et al, 1993.)
TQM adalah budaya perusahaan yang ditandai dengan
pelanggan meningkatkan kepuasan melalui perbaikan yang berkesinambungan yang
melibatkan seluruh karyawan dalam organisasi, (Dahlgaard et al., 1999).
TQM adalah suatu filosofi manajemen yang bertujuan
untuk mengintegrasikan semua organisasi fungsi (pemasaran, keuangan, desain,
rekayasa, dan produksi, pelanggan layanan, dll) untuk fokus pada memenuhi
kebutuhan pelanggan, organisasi, dan tujuan, (Khurram Hashmi, 2007)
TQM adalah metode dimana manajemen dan karyawan
dapat terlibat dalam perbaikan terus menerus dari produksi barang dan
jasa. Ini adalah kombinasi alat kualitas dan manajemen yang bertujuan
untuk meningkatkan bisnis dan mengurangi kerugian akibat praktek boros.
TQM adalah pendekatan manajemen untuk suatu
organisasi, berpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya
dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan, dan
manfaat bagi semua anggota organisasi dan masyarakat, (ISO - International
Organization for Standardization).
Salah satu tujuan utama adalah untuk mengurangi
variasi dari setiap proses sehingga lebih besar konsistensi usaha yang
diperoleh
Sim dan Killough (1998) menjelaskan TQM merupakan
suatu filosofi yang menekankan peningkatan proses pemanufakturan secara
berkelanjutan dengan mengeliminasi pemborosan, meningkatkan kualitas,
mengembangkan keterampilan, mengurangi biaya produksi. Penelitian yag dilakukan
oileh Banker et.al (1993) memberikan gambaran TQM lebih menekankan karyawan
dalam memecahkan masalah, bekerja secara team work dan membangkitkan pendekatan
inovatif untuk memperbaiki produksi. Banker et.al. menyatakan karyawan diminta
mengidentifikasi cara-cara untuk menungkatkan proses pemanufakturan, mengurangi
kerusakan dan memastikan bahwa operasi organisasi berjalan efisien, serta lebih
menekankan produk dan pelanggan (customer).
Waldam (1994) menyatakan bahwa TQM merupakan suatu
sistem yang dirancang sebagai kesatuan yang memfokuskan pendekatan pelanggan
dengan meningkatkan kualitas produk dan pelayana
Menurut Purwanto dalam Suharyana (2005: 7) TQM pada
dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan “a culture of countinous
improvement” di antara para karyawan dengan menerapkan berbagai teknik
pemecahan permasalahan secara kelompok dengan memusatkan perhatian pada
kepuasan costumer.
Menurut Tjiptono (2003: 4), TQM merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungannya.
Menurut Suharyanto (2005: 62),
TQM adalah sebuah kultur, dengan sifat yang melekat
di dalam kultur ini adalah sebuah komitmen sepenuhnya terhadap kualitas dan
sikap yang diperlihatkan melalui keterlibatan setiap individu dalam proses
produk maupun jasa secara kontinyu, melalui penggunaan metode ilmiah yang
inovatif
TQM menghendaki komitmen total dari manajemen di
mana komitmen ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua
level atau departemen dalam organisasi. Sukses tidaknya pelaksanaan TQM sangat
ditentukan oleh kompetensi Sumber Daya Manusia oleh suatu organisasi untuk
merealisasikannya. Dengan demikian TQM adalah suatu alat yang digunakan oleh
manajemen suatu organisasi yang melibatkan seluruh personel dalam organisasi
dalam melakukan perbaikan secara terus-menerus atas produk, pelayanan,
lingkungan yang berhubungan dengan produk organisasi dan manajemen organisasi
melalui metode ilmiah yang inovatif.
Pengertian Standar Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan
dan kesehatan kerja adalah tujuan dari semua pihak yang terkait dengan
aktifitas kerja/praktek, artinya tidak ada satu orangpun yang menginginkan
tidak selamat dan tidak sehat.
Dengan
demikian keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tugas dan kewajiban semua
pihak.
Hal
ini perlu mendapatkan perhatian sepenuhnya karena kenyataan menunjukkan
bahwa tidak sedikit kasus/kejadian yang telah menimpa unsur-unsur yang terkait
dengan praktek/kerja di laboratorium atau bengkel sehingga terjadi kondisi yang
tidak diinginkan, misalnya : kecelakaan akibat praktek yang menimpa seorang
peserta diklat sehingga peserta diklat tesebut mengalami cacat seumur hidup,
kerusakan alat-alat atau bahan yang tidak perlu terjadi dan sebagainya.
Tujuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan
dan kesehatan kerja terutama di laboratorium atau bengkel mempunyai
beberapa tujuan, antara lain :
- Melindungi pekerja/praktikan dalam melaksanakan praktek.
- Menjamin pekerja/praktikan dalam meningkatkan produktivitas dengan memperoleh keselamatan dan kesehatan kerja.
- Menjamin keselamatan dan kesehatan kerja bagi setiap orang yang berada di laboratorium/bengkel dan juga lingkungannya.
- Menjamin sumber-sumber produksi dan peralatan praktek yang berada di laboratorium/bengkel untuk dapat digunakan, dirawat dan dipelihara secara aman dan efisien.
- Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan di tempat kerja dan lingkungannya.
- Mencegah dan mengurangi terjadinya kebakaran
- Mencegah dan mengurangi kerugian/kerusakan yang diderita semua pihak karena terjadinya kecelakaan/kebakaran.
- Pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) sebagai langkah pertolongan awal dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di laboratorium/bengkel.
Prinsip-Prinsip Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Agar
tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yang secara umum telah
diuraikan di depan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka perlu
dipahami dan diterapkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium/bengkel.
Prinsip-prinsip
tersebut ada yang bersifat umum yaitu yang berlaku untuk semua jenis
laboratorium/bengkel dan ada yang bersifat khusus yaitu yang hanya berlaku
untuk jenis laboratorium/bengkel tertentu saja.
Berikut ini akan diuraikan prinsip-prinsip yang bersifat umum, yaitu :
1. Setiap
pekerja/praktikan berhak mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai konsekuensi prinsip ini maka pihak sekolah wajib menyediakan alat-alat
atau fasilitas yang dapat menjamin keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya :
- Tersedianya alat pemadam kebakaran
- Tersedianya kotak P3K lengkap beserta isinya.
- Ada petugas yang melayani kesehatan kerja.
- Alat-alat praktek dalam keadaan aman/mudah digunakan dan tidak menimbulkan bahaya.
2. Setiap
pekerja/praktikan wajib mengenakan pakaian kerja dan alat-alat pelindung diri
pada waktu bekerja/melakukan praktikum, seperti kacamata, sarung tangan dan
sebagainya.
3. Setiap
pekerja/praktikan harus menerapkan prinsip-prinsip umum yang menjaminkeselamatan
dan kesehatan kerja, seperti :
- Bekerja sesuai prosedur/langkah kerja tertentu.
- Menggunakan alat yang tepat sesuai dengan fungsinya.
- Melakukan perawatan umum yang meliputi kebersihan dan keindahan tempat kerja.
- Setiap pekerja/praktikan harus memahami situasi laboratorium/bengkel dalam kaitannya tindakan penyelamatan jika terjadi kecelakaan.
Sedangkan yang bersifat khusus, yaitu
beberapa faktor keamanan dan keselamatan kerja yang harus
diupayakan di dalam laboratorium/bengkel, antara lain :
- Penyediaan berbagai alat atau bahan yang ditempatkan di tempat yang mudah dicapai, misalnya : ember berisi pasir, alat pemadam kebakaran, selimut yang terbuat dari bahan tahan api, kotak P3K dan sejumlah pelindung.
- Tidak mengunci pintu pada saat laboratorium/ bengkel digunakan atau sebaliknya.
- Tidak memperkenankan peserta diklat masuk di laboratorium/bengkel pada saat guru tidak ada.
- Menyimpan bahan yang beracun/berbahaya dengan dikunci pada tempat khusus.
- Menyimpan bahan yang mudah terbakar pada tempat khusus.
- Mengadakan latihan kebakaran secara periodik.
- Melengkapi dengan saklar pusat untuk arus listrik.
- Melakukan ceking/pembersihan peralatan di laboratorium/bengkel.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM ISO
ISO (International Organization for Standardization) yang berkedudukan
di Jenewa adalah sebuah badan federasi internasional dari badan-badan
standarisasi yang ada di sembilan puluh negara. ISO adalah organisasi non
pemerintah yang didirikan pada tahun 1974. Dengan adanya organisasi ini tukar-menukar
informasi dapat dilakukan dengan mudah. Anggota dapat mengusulkan sesuatu
standar. Usul ini akan dibahas, dievaluasi, diubah ataupun tidak, diterima
ataupun ditolak. Hasil utama dari ISO adalah persetujuan internasional yang
diterbitkan sebagai standar internasional. Setiap anggotanya memberikan
dukungan finansial untuk pusat operasi ISO melalui uang pembayaran keanggotaan.
ISO adalah standar konsensus.
Semua pengembangan standar yang penting dari ISO dilakukan oleh TC atau Technical
Committee (panitia teknis), misal TC 207. Setiap standar baru menjadi
tanggung jawab dari salah satu badan
standar yang menjadi anggotanya. Sebagai contoh,
Standard Council of Canada (CSA) adalah badan anggota yang memegang
kesekretariatan TC 207, yaitu panitia yang mengatur bagian dari panitia yang
menyusun ISO 14000 dan mengatur standar lingkungan.
Standar manajemen mutu dan lingkungan (ISO 9000 dan ISO 14000) yang diciptakan
oleh Brirish Standard Institute (BSI) seperti dalam BS 5750 dan BS 7750
adalah sisitem standar yang pertama di dunia. Pada perusahaan yang menerapkan
ISO 9000 dan ISO 14000 produk dan proses yang dilakukan harus telah sesuai
dengan standar bagi produk tersebut. Sebagai contoh, dalam sebuah perusahaan
pembuat beton tidaklah berguna untuk memiliki standar manajemen mutu jika beton
tersebut tidak dibuat sesuai dengan standar untuk beton.
Sebuah kelemahan dari kedua standar ini adalah setidaknya dalam ISO 9000 dan
draft awal dari ISO 14000, walaupun mengatur kesehatan dan keselamatan pekerja,
standar di atas tidak menuntut agar kesehatan dan keselamatan pekerja dikelola
sesuai standar. Alasan untuk tidak menyatukan kesehatan dan keselamatan kerja
adalah bahwa Departemen Tenaga Kerja mempunyai kekuatan hukum atas aturan
tersebut dan berhak untuk memeriksanya, sedangkan badan standar nasional
berhubungan dengan Departemen Perisdustrian. Sebenarnya perusahaan yang
berminat menangani isu kesehatan dan keselamatan pekerja di bawah standar ISO
9000 dan ISO 14000 bukan berarti penanganan mereka terhadap kesehatan dan
keselamatan pekerja jelek, setidak-tidaknya bagi perusahaan kimia yang memang
peka terhadap masalah ini.
Banyak orang / perusahaan dikejutkan oleh kurangnya perhatian baik BS 7750 maupun
versi awal ISO 14000 terhadap masalah kesehatan dan keselamatan pekerja, yaitu
dengan menetapkannya sebagai hal yang bersifat sukarela, dan juga dalam
beberapa hal memberikan prioritas rendah pada proses dan keselamatan
masyarakat, dan pada keamanan produk serta pembuangannya. Tampaknya hanya
industri kimia yang memperhatikan secara penuh kebutuhan mempertimbangkan pada
kesehatan dan keamanan proses dan masyarakat.
Industri kimia memiliki pedoman praktik yang sangat baik yang dapat digunakn oleh
seluruh perusahaan pemrosesan sebagai pedoman atau kebijakan tingkat atas.
Pedoman praktik tersebut adalah Program Kepedulian yang Bertanggungjawab
atau Responsible Care Programme (RCP). Federasi asosiasi industri
kimia Eropa, CEFIC, dan badan anggotanya dari Inggris, CIA (Chemical
Industry Association), telah menggunakan ISO 9000 maupun BS 7750 guna
mengelola RCP di Eropa. Program ini nampaknya benar-benar program dari CIA.
Industri kimia dari Eropa, dan terutama di Inggris, juga telah berhasil dalam penggunaan
ISO 9000 guna menjangkau mutu, lingkungan serta kesehatan dan keselamatan.
Meskipun industri kimia, dengan usaha sangat keras, telah mengembangkan suatu
perluasan dari ISO 9000 (tepatnya ISO 9001) yang mencakup mutu, perlindungan lingkungan,
kesehatan dan keselamatan pekerja serta keamanan proses dan produk, namun saat
ini nampaknya pendekatan ini tidak akan digunakan. Ada beberapa alasan utuk hal
ini, yang paling utama adalah kemunculan ISO 14000 dan penerbitan aturan-aturan
baru untuk akreditasi agen-agen sertifikasi dalam hal standar lingkungan oleh
badan-badan seperti National Accreditation Council for Certification Bodies (NACCB)
di Inggris.
Industri kimia sedang mendesak masyarakat internasional untuk menggunakan suatu
sistem manajemen generik ISO tunggal yang mencakup keselamatan, kesehatan
dan lingkungan, dan sesuai
dengan mutu. Industri tersebut
melihat ini sebagai pemenuhan sejumlah persyaratan
termasuk persyaratan-persyaratan dari RCP. Industri juga melihat sistem
tersebut sebagai suatu sistem lingkungan, kesehatan dan keselamatan, yang
mendukung RCP, yang disebut SHEM (safety, Health and Environmrntal
Management). Meskipun sebagian besar industri setuju dengan industri kimia
yang mengatakan bahwa SHEM tersebut relevan, para arsitek standar ISO dan BSI
telah memperlakukan isu kesehatan dan keselamatan karyawan hanya sebagai seka
rela.
Selama pertemuan sub komite teknis yang melapor ke TC 207 mengenai pengembangan
modul standar manajemen lingkungan, ISO 14000, masalah kesehatan dan
keselamatan terungkap beberapa kali. Sebuah keputusan dibuat untuk mengajak ISO
agar mendelegasikan studi masalah ini kepada sebuah komite lain selain TC 207.
Keputusan ini menjaga agar posisi kesehatan dan keselamatan tetap berada di
luar pembahasan ISO 14000, paling tidak dalam perkembangan awalnya, suatu
posisi yang sudah ditetapkan dalam standar lingkungan nasional seperti BS 7750.
Tidak dapat dipahami sikap komite terhadap suatu masalah prinsip semacam ini.
Standar-standar tersebut tidak mengungkapkan masalah kesehatan dan keselamatan
pekerja. Mereka ini secara eksplisit mengakui bahwa kesehatan dan keselamatan
mungkin sebagai suatu masalah pilihan yang dikelola di bawah standar ini.
Sekarang ada standar terpisah yang berbicara tentang kesehatan dan keselamatan,
BS 7850, yang dapat menjadi model untuk sebuah standar ISO, tetapi setelah
dipertimbangkan semuanya, sikap komite yang merancang standar manajemen
lingkungan menjadi melemah terhadap masalah ini. Sungguh aneh jika arsitek dari
standar-standar tersebut yang memahami secara utuh kenyataan masalah lingkungan
secara operasional, yang mengakui bahwa keamanan operasional dan masyarakat
adalah masalah-masalah lingkungan merasa bimbang. Seharusnya secara otomatis
mereka memasukkan kesehatan dan keselamatan pekerja ke dalam masalah-masalah
lingkungan.
Di sebagian negara maju, masalah kesehatan dan keselamat diwajibkan di bawah
hukum dan mengandung resiko dituntut baik untuk perusahaan maupun perorangan
yang mengabaikannya. Di Eropa mereka cenderung menempatkannya di bawah
departemen pemerintahan yang terpisah dengan departemen yang menangani
masalah-masalah lingkungan, seperti otoritas kesehatan dan keselamatan berada
di bawah depertemen tenaga kerja. Standar lingkungan dapat berada di bawah
kontrol departemen industri tergantung pada bagaimana skema sertifikasi
nasional bekerja. Apa yang mungkin menyebabkan sistem kesehatan dan keselamatan
ditangani secara terpisah adalah bahwa masalah ini diinspeksi lebih banyak oleh
petugas yang memiliki otoritas terhadap kesehatan dan keselamatan, daripada
oleh petugas yang melaksanakan inspeksi sertifikat standar manajemen
lingkungan. Alasan lain yang mungkin dikeluarkannya masalah kesehatan dan keselamatan
dari masalah lingkungan adalah bahwa Peraturan Eco Management and Audit
Scheme (EMAS) Uni Eropa mengabaikan hal ini juga.
Kondisi ini memungkinkan industri berjalan tanpa alat untuk masalah kesehatan
dan keselamatan. Standar manajemen lingkungan mengharapkan sebuah sistem yang
mencakup insiden, keadaan darurat, keselamatan masyarakat dan keamanan produk.
Otoritas kesehatan dan keselamatan ingin melihat suatu sistem menajemen yang
formal untuk kesehatan dan keselamatan pekerja, dan sistem ini memiliki
kekuatan yang lebih di dalam persoalan-persoalan ini, lebih besar daripada
sekedar memiliki suatu badan yang berminat di dalam standar lingkungan yang
bersifat suka rela, yang memiliki implikasi
hukum di hampir
setiap masalah. Semua perusahaan yang
mengimplementasikan peraturan kesehatan dan keselamatan, dan juga
mengimplementasikan sistem sesuai dengan BS 7750 atau ISO 14000 akan menemukan
bahwa hal ini pantas untuk mengimplementaikan semua masalah tersebut di bawah
standar manajemen lingkungan.
Dengan ISO 14000
memandang remeh masalah kesehatan dan keselamatan pekerja, dan demikian pula
BSI dengan pedoman BS 8750, kita mungkin akan segera mengetahui bahwa
standar sistem manajemen generik yang dicari industri kimia dimulai dengan BS
9750 (Rohery, 1985).
Tetapi sekarang dunia
industri terutama industri kimia boleh bergembira karena isu mengenai ISO 18000
tentang keselamatan kerja dan kesehatan masyarakat telah terdengar, namun belum
disosialisasikan secara luas. Meskipun demikian, hal ini sudah merupakan
kemajuan besar dan patut disyukuri, kerena dengan demikian kesehatan dan
keselamatan pekerja lebih terjamin.
Sumber : http://teknik-ketenagalistrikan.blogspot.com/2013/05/pentingnya-keselamatan-dan-kesehatan.html
Pengertian Standard Manajemen
Lingkungan
Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari
keseluruhan manajemen (termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada
implementasi kebijakan lingkungan. Manajemen lingkungan selama ini sebelum
adanya ISO 14001 berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki stándar
tertentu dari satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda
penerapannya antara negara satu dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan
yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang disebut dengan
Sistem Manajemen Lingkungan ( EMS ). Manajemen lingkungan saat ini
telah banyak mengalami perubahan yang cukup berarti terutama dimulai Sejak awal
tahun 1990. Penelitian mengenai efek dan akibat penerapan manajemen lingkungan
telah banyak dilakukan terutama Sejak munculnya ISO 14001 di tahun 1996.
Penerapan manajemen lingkungan yang baik di tingkat organisasi pada umumnya
dibagi menjadi 3 elemen :
- Perlindungan lingkungan secara fisik.
- Membentuk budaya berkelanjutan dalam organisasi
- Menanamkan nilai-nilai moral dan saling kepercayaan antar elemen organisasi.
Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subjek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan : tanah, udara, air, sumber daya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.
2. Faktor – Faktor Lingkungan Eksternal Mikro dan Makro
Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi oleh seorang manager. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep dan teknik serta keputusan yang akan diambil. Ada dua macam faktor lingkungan, yaitu :
- Faktor Lingkungan Internal yaitu lingkungan yang ada didalam usahanya saja.
- Faktor Lingkungan Eksternal yaitu unsur-unsur yang berada diluar organisasi, dimana unsure-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu oleh manager, disamping itu juga akan mempengaruhi manager didalam pengambilan keputusan yang akan dibuat. Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi contohnya yaitu perubahan ekonomi, paraturan pemerintah, perilaku konsumen, perkembangan teknologi, politik dan lainnya.
Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan manajemen yang terdiri atas penyedia, langganan, para pesaing, lembaga perbankan dan lainnya.
Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung, seperti kondisi perekonomian, perubahan teknologi, politik, sosial dan lain sebagainya.
3. Tanggung Jawab Sosial Manajer
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility(selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang
Analisis dan pengembangan
Hari ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaan manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari suatu perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai “Investasi bertanggung jawab sosial” (socially responsable investing).
Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan “perbuatan baik” (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik dimata komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial diatas.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
Dunia bisnis selama setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa diatas planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat manapun harus mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama setiap keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka tanggung jawab tersebut.
Sebuah definisi yang luas oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yaitu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara khusus bergerak dibidang “pembangunan berkelanjutan” (sustainable development) yang menyatakan bahwa:
” CSR adalah merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya”.
Pelaporan dan pemeriksaan
Untuk menunjukkan bahwa perusahaan adalah warga dunia bisnis yang baik maka perusahaan dapat membuat pelaporan atas dilaksanakannya beberapa standar CSR termasuk dalam hal:
o Akuntabilitas atas standar AA1000 berdasarkan laporan sesuai standar John Elkington yaitu laporan yang menggunakan dasar triple bottom line (3BL).
o Global Reporting Initiative, yang mungkin merupakan acuan laporan berkelanjutan yang paling banyak digunakan sebagai standar saat ini.
o Verite, acuan pemantauan
o Laporan berdasarkan standar akuntabilitas sosial internasional SA8000.
o Standar manajemen lingkungan berdasarkan ISO 14000
Di beberapa negara dibutuhkan laporan pelaksanaan CSR, walaupun sulit diperoleh kesepakatan atas ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam aspek sosial. Sementara aspek lingkungan apalagi aspek ekonomi memang jauh lebih mudah diukur. Banyak perusahaan sekarang menggunakan audit eksternal guna memastikan kebenaran laporan tahunan perseroan yang mencakup kontribusi perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan, biasanya diberi nama laporan CSR atau laporan keberlanjutan. Akan tetapi laporan tersebut sangat luas formatnya, gayanya dan metodologi evaluasi yang digunakan (walaupun dalam suatu industri yang sejenis). Banyak kritik mengatakan bahwa laporan ini hanyalah sekedar “pemanis bibir” (suatu basa-basi), misalnya saja pada kasus laporan tahunan CSR dari perusahaan Enron dan juga perusahaan-perusahaan rokok. Namun, dengan semakin berkembangnya konsep CSR dan metode verifikasi laporannya, kecenderungan yang sekarang terjadi adalah peningkatan kebenaran isi laporan. Bagaimanapun, laporan CSR atau laporan keberlanjutan merupakan upaya untuk meningkatkan akuntabilitas perusahaan di mata para pemangku kepentingannya.
Kasus bisnis dari CSR
Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda-beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut dan amat sulit untuk mengukurnya walaupun banyak sekali literatur yang memuat tentang cara mengukur seperti misalnya metode “Empat belas poin balanced scorecard oleh Deming. Orlizty, Schmidt, dan Rynes menemukan suatu korelasi antara sosial / performa lingkungan hidup dan performa keuangan. Namun bisnis nampaknya tidak menguntungkan apabila diharuskan melaksanakan strategi CSR.
Hasil Survey “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) akan paling berperan, sedangkan bagi 40% citra perusahaan & brand image yang akan paling mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan, atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR adalah ingin “menghukum” (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.
Kasus bisnis pada CSR diantara perusahaan-perusahaan biasanya berkisar satu ataupun lebih dari argumentasi dibawah ini :
Sumber daya manusia
Program CSR dapat dilihat sebagai suatu pertolongan dalam bentuk rekrutmen tenaga kerja dan memperkerjakan masyarakat sekitar, terutama sekali dengan adanya persaingan kerja diantara para lulusan sekolah. Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan pada rekrutmen tenaga kerja yang berpotesi maka dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif akan menjadi suatu nilai tambah perusahaan. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfir kerja yang nyaman diantara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam “penyisihan gaji” dan aktivitas “penggalangan dana” atapun suka relawan.
Manajemen risiko
Manajemen risiko merupakan inti dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau skandal lingkungan hidup. Kejadian ini dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya dari “mengerjakan sesuatu dengan benar” pada perusahaan dapat mengurangi risiko ini.
Membedakan merek
Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat suatu cara penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya dari para pesaingnya di benak konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan.
Ijin usaha
Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu kebenaran secara sukarela maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi. Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dipersoalkan.
Motif perselisihan bisnis
Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan dimana akhirnya bisnis perusahaan dipersalahkan. Contohnya, ada kepercayaan bahwa program CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama perseroan.
Pengertian
ISO 14000
ISO14000 adalah standar internasional untuk
manajemen lingkungan yang berlaku untuk setiap usaha atau
organisasi, terlepas dari ukuran, lokasi atau pendapatan.Standar-standar ini
dikembangkan oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO), yang memiliki
perwakilan dari komite seluruh dunia. ISO 14000 termasuk yang paling terkenal
adalah ISO 14001, yang merupakan inti set standar yang digunakan oleh
organisasi untuk merancang dan menerapkan sistem manajemen lingkungan yang
efektif. Standar lainnya termasuk dalam seri ini adalah ISO 14004, yang
memberikan pedoman tambahan untuk sistem manajemen lingkungan, dan standar yang
lebih khusus yang berhubungan dengan aspek-aspek tertentu dari manajemen
lingkungan. ISO 14000 standar manajemen lingkungan yang ada untuk membantu
organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka berdampak negatif terhadap
lingkungan.
Tujuan
utama dari seri ISO 14000 norma adalah "untuk mempromosikan lebih efektif
dan efisien pengelolaan lingkungan dalam organisasi dan untuk menyediakan alat
yang berguna dan bermanfaat - biaya yang yang efektif, sistem berbasis,
fleksibel dan mencerminkan organisasi terbaik dan yang terbaik organisasi
praktek yang tersedia untuk mengumpulkan, menafsirkan dan mengkomunikasikan
informasi yang relevan lingkungan ". Ini menawarkan sumber bimbingan untuk
memperkenalkan dan mengadopsi sistem manajemen lingkungan berdasarkan praktek
terbaik universal, dengan cara yang sama dengan ISO 9000 seri sistem manajemen
mutu, yang sekarang banyak digunakan, merupakan alat untuk transfer teknologi
yang terbaik yang tersedia praktek manajemen mutu. Dalam struktur seri ISO
14000 adalah sama dengan ISO 9000 kualitas manajemen dan keduanya dapat
diimplementasikan berdampingan.
Langganan:
Postingan (Atom)